Seni Tari Laes dari Boja Kendal | Pertunjukan langka yang penuh dengan nuansa mistis dan sakral


 Kesenian Laes merupakan kesenian rakyat dari daerah Kendal.

Seni Tari Laes Kendal | Pertunjukan langka yang penuh dengan nuansa mistis dan sakral Indonesia terutama tanah jawa sangat kaya akan budaya kesenian, salah satuna yang hampir punah adalah Laes. Sintren (atau juga dikenal dengan Lais) adalan kesenian tari tradisional masyarakat Jawa Kesenian Sintren atau Laisan mulanya berasal dari kisah legenda kasih asmara antara Sulandono yang merupakan putra Ki Baurekso hasil perkawinan dengan Dewi Ratnasari dan Sulasih yang merupakan putri desa. Namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu Ki Baurekso. Akhirnya Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari, meskipun demikian pertemuan diantara keduanya masih terus berlangsung melalui alam ghaib. Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R. Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan di antara Sulasih dan R. Sulandono. Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan catatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari masih dalam keadaan suci (perawan) ====================================== Seni tradisional Lais ditarikan oleh seorang penari laki-laki yang memakai kostum perempuan. Pola gerak yang terdapat di dalamnya mengisyaratkan simbol pemujaan terhadap Dewi Kesuburan / Dewi Sri. Pertunjukan ini belum memiliki standar pola gerak / ragam sekaran. Pada hakikatnya sifat gerak yang terkandung dalam pementasannya spontan & improvisatif. Geraknya memakai hentakan kaki ke tanah disertai tangan berayun-ayun ke depan & ke samping. Ada gerak goyang pinggul disertai ulap-ulap & ada pula gerak yang menirukan gerakan kuda yakni kaki melompat-lompat kecil, kepala manggut-manggut & kedua tangan di samping. yang dimainkan oleh 2 orang pria, seorang sebagai pawang dan seorang sebagai penari, selanjutnya penari melempar sampur ke penonton yang dituju, maka kemudian penonton yang dituju akan kesurupan dan ikut menari bersama penari laes diiringi gamelan jawa laras pelog dan slendro. Koreografi gerak yang digunakan merupakan gerak spontanitas dan gerak yang sederhana yaitu gerak berjalan berputar sambil membawa sampur atau slendang sehingga perlu sekali adanya penambahan ketrampilan gerak untuk seorang penari laes. Pertunjukan yang disajikan memiliki nilai sakral dan mengandalkan kekuatan ghaib yang tampak dengan menggunakan dupa sebagai salah satu perantara untuk mendatangkan bidadari Dewi Sri Sulastri. ---------dari berbagai sumber---------------- #senibudaya #senitradisional #tarijawa

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama